KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami
panjatkan trhadap kehadirat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah Bahasa Indonesia ini. Dalam proses pengumpulan
data-data dan juga proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari kerja keras
kelompok kami. Makalah yang kami buat adalah mengenai EYD khususnya dalam
penggunaan tanda baca, yang di masa kini kurang begitu diperhatikan dan jarang dipergunakan
dalam suatu kepentingan yang non formal.
Semoga dengan makalah yang kami
buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang seberapa
pentingnya penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD. Kami sadar dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat beberapa kekurangan. Akan tetapi kami
yakin makalah ini dapat bermanfaat buat kita semua. Selamat membaca
Baosan Kidul, Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I.........................................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
DATAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ejaan
Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan
pengertian kata ejaan berbeda dengan katamengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata,
sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih
luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan
dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang
tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan
antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan
yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi
mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan
ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal
dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik
Indonesia pada tahun itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi
telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van
Ophuysen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang
diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia
pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2. Masalah
Pada
masalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana cara penggunaan tanda baca yang
baik dan benar. Di sini kami menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan
letak penggunaan dan fungsi dari macam-macam tanda baca tersebut, sehingga kita
bisa memahami bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar, karena
dalam aturan penggunaan tanda baca, banyak sekali masalah masalah penulisan
tanda baca yang kurang tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi
tentang tulisan yang ditulis dalam sebuah karya tulis.
1.3. Ruang Lingkup Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup
EYD mencangkup lima aspek, yaitu:
1.
Pemakaian Huruf
2.
Penulisan Huruf
3.
Penulisan Kata
4.
Penulisan unsure serapan
5.
Pemakaian Tanda Baca
1). Pemakaian huruf membicarakan
bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu
1.
Abjad 4.
Pemenggalan
2.
Vokal 5.
Nama Diri
3.
Konsonan
2). Penulisan huruf membicarakan beberapa
perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi
1.
Huruf Kapital
2.
Huruf Miring
3). Penulisan kata membicarakan bidang
morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa
1.
Kata Dasar
2.
Kata Turunan
3.
Kata Ulang
4.
Gabungan Kata
5.
Kata Ganti kau, ku, mu,dan nya
6.
Kata Depan di, ke, dan dari
7.
Kata Sandang si dan sang
8.
Partikel
9.
Singkatan dan Akronim
10.
Angka dan Lambang Bilangan
4). Penulisan unsur serapan membicarakan
kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosa kata yang berasal dari
bahasa asing.
5). Pemakaian tanda baca (pungtuasi)
membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan
kaidanya masing-masing
Di dalam hal
ini, kita akan mempelajari ejaan yang nomor lima yaitu penggunaan tanda baca
1.4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai
dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Dapat memahami fungsi dari
macam-macam tanda baca yang ada
2. Dapat memahami tata cara dan letak
dalam penggunaan tanda baca
3. Dapat membuat sebuah karya tulis
dengan tanda baca yang baik dan benar
4. Dapat memahami dan mengembangkan
tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar.
1.5.
Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini,
kami dapat memberikan manfaat antara lain
1. Dapat menulis karya ilmiah dengan
Ejaan tanda baca yang benar
2. Dapat menggunakan tanda baca yang
sesuai dengan konteks kalimat yang ada
3. Dapat memahami penggunaan tanda baca
untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik dan benar
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pemakaian Tanda Baca
Dalam
hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul.
Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan
kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah
kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam penulisanya.
Dari berbagai kesalahan itu, sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk
membuat tulaisanya, akan tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam
penggunaan tanda baca. Karena apa, tanda baca selalu di anggap sepele dalam
penggunaanya sehingga kadang menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda
arti. Suatu contoh kita ambil kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks
kalimat ini jika tidak kita beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya
sulit untuk dipahamai. Dari kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang
mati dalam konteks kalimat ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat
ini dengan pemberian tanda baca seperti ini ”kucing makan, tikus mati”,
siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?, kemudian apabila kita gunakan konteks
kalimat ini ”kucing makan tikus, mati”, siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?. Kucing makan tikus mati adalah salah satu contoh kalimat yang
banyak persepsi apabila kita salah menggunakan tanda bacanya. Oleh karena itu,
pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
2.2. Macam-macam tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam
penuisan yaitu:
1.
Tanda titik (.)
2.
Tanda koma (,)
3.
Tanda titik koma (;)
4.
Tanda titik dua (:)
5.
Tanda hubung (-)
6.
Tanda pisah (_)
7.
Tanda elipis (…)
8.
Tanda Tanya (?)
9.
Tanda seru (!)
10. Tanda kurung ((…))
11. Tanda kurung siku ([…])
12. Tanda petik ganda (“…”)
13. Tanda petik tunggal (‘…’)
14. Tanda garis miring (/)
15. Tanda penyingkat (‘)
2.3. Fungsi tanda baca
Dari
macam - macam tanda baca yang telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca
memiliki fungsi dan kegunaanya masing - masing.
Fungsi dari macam-macam tanda
tersebut adalah :
2.3.1. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal
di Solo.
Biarlah mereka
duduk di sana.
Dia menanyakan
siapa yang akan datang.
2. Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III.
Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat
Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat
Jenderal Agraria
b.
1.
Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar
Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20
(pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1
jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20
menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30
detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu
berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang
terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan
jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada
tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman
2345 dan seterusnya.
Nomor gironya
5645678.
8. Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan
Adam Malik
Bentuk dan
Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan
9. Tanda titik tidak dipakai
di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Jalan
Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa
titik)
1 April 1985
(tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh.
Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43
(tanpa titik)
Palembang
(tanpa titik)
Atau:
Kantor
Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71
(tanpa titik)
Jakarta (tanpa
titik)
2.3.2. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli
kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa,
surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh
kata sepertitetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin
datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak
saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari
hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk,
ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan
datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan
janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa
soal itu penting.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk
di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan
tetapi.
Misalnya:
... Oleh
karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi,
soalnya tidak semudah itu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti
jatuh.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “
Saya gembira sekali.”
“Saya gembira
sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat
ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr.
Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya,
10 Mei 1960
(iv) Kuala
Lumpur, Malaysia.
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan
2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi,
S.E.
Ny. Khadijah,
M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa,
baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan
dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
Semua siswa
yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
12. Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk
menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan
Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
Bandingkan
dengan:
Kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Agus
mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
14.
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana
Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri
lurus-lurus!” perintahnya.
2.3.3. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin
larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus
tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal nama-nama
pahlawan nasional.
2.3.4. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch.
Achyar
Sekretaris :
Tati Suryati
Bendahara :
Noviana Pertiwi
2. Tanda titik dua dipakai (i) di
antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I
(34), 1971:7
(vi) Surah
Yasin:9
(vii) Karangan
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
(viii) Marzuki
dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
3.
Titik dua dapat dipakai dalam teks
drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo,
sini kamu!”
Karyo : (datang
menghampiri) “Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong
ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
4.
Titik dua dapat dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai
tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2.3.5. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku
kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak
yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
Industri tersebut dapat
dikembangkan men-jadi industri padat karya.
|
2.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak,
kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar mandir, sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari
kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital,
kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia,
se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash,
pen-tackle-an
Tanda Pisah
1. Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom––telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal
1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
Tanda Elipsis
(...)
1. Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau
begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
...
selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
Ibu
baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu dipakai empat
buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk
menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu
baru pulang dari....
2.3.6. Tanda Tanya
1. Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia
berangkat?
Saudara tahu,
bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan
pada tahun 1983 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
2.3.7. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat
printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar
itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2. Tanda seru dipakai pada akhir
ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Indah sekali
pemandangan alam ini!
Merdeka!
2.3.8. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah
selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno
tersebut.
2. Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu
(lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun
terakhir.
3. Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi
menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4. Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadikokain(a).
Sahrul Gunawan
berasal dari (kota) Bogor.
2.3.9. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri
men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua
proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38])
perlu dibentangkan di sini.
2.3.10. Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum
siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD
1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2. Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri
Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi
Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan
dalam harian Tempo.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah
yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia
sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya,
Budi mendapat julukan “si Hitam”.
2.3.11. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan
yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri,
Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka
pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku
lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
2.3.12.
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam
nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat
III/10
Masa Bakti
2005/2006
Tahun Ajaran
2006/2007
2. Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
2.3.13. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan
kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45
(’45 = 1945)
BAB
III
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Penggunaan tanda baca perlu
diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
2. Masing masing tanda baca memiliki
aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat dalam
menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di
tetapkan
3. Penggunaan ejaan yang disempurnakan
(E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya
tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
Dari
berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan
dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita
buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya
tulis kita.
II. Penutup
Dari
tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya
yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini,
yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita
dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang
tentu saja sesuai dengan EYD.
Dan
demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar
dalam tugas-tugas selanjutnya,kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik
lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugihastuti,
dkk. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza,
Lamudin. 1993.Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi,
Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar